Selasa, 03 Mei 2016

Ilmu Alamia Dasar



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Atas dasar ini, semua fihak, apakah tokoh ? Tokoh masyarakat, formal atau non-formal, anggota masyarakat lainnya, apakah dalam skala individual atau pun dalam skala kelompok, seyogianya memahami dan menyadari, bahwa, manakala salah satu aspek atau unsur sosial atau kebudayaan mengalami perubahan, maka unsur-unsur lainnya mesti menghadapi dan mengharmonisikan kondisinya dengan unsur-unsur lain yang telah berubah terlebih dulu.
Manusia tidak terlepas dari kebutuhan untuk menyambung hidupnya. Kebutuhan manusia itu terdiri dari dua yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Utuk mendapatkan kebutuhan tersebut manusia sebaiknya menggunakan etika yang baik dan benar. Namun akhir-akhir ini manusia seakan-akan lupa dengan etika yang baik dan benar dalam mendapatkan kebutuhan yang ia perlukan. Oleh sebab itulah penyusun makalah ini tertarik untuk membahas makalah ini yang berjudul “manusia, kebutuhan dan etika”, yang insllah di dalamnya nanti kami akan hadirkan pembahasan yang menuju kepada bagaimana manusia itu sendiri, apa dan bagaimana sebenarnya kebutuhan manusia tersebut, serta seperti apa etika yang baik dan benar yang harus dimiliki oleh manusia tersebut.



B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa itu kebudayaan pranata sosial?
2.      Apa itu peradaban?
3.      Bagaimana perubahan sosial budaya?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa itu kebudayaan pranata sosial
2.      Untuk mengetahui apa itu peradaban
3.      Untuk mengetahui bagaimana itu perubahan sosial budaya











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kebudayaan Pranata Sosial
1.      Pengertian Pranata Sosial
Banyak para ahli sosiologi yang memberikan pengertian tentang pranta sosial atau lembaga sosial. Di antarnya adalah Robert Melver dan C.H. Page (Soekanto, 1984), mengartikan pranata sosial adalah lembaga sosial sebagai proedur atau tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.
Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Leopold Von Wiese dan Becker (Soekanto; 1984), lembaga sosial adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu serta pola-polanya sesuai dengan minat dan kepentingan individu dan kelompoknya.
Sedangkan W.G. Sumner (Soekanto, 1984), melihat lembaga dari sudut pandang kebudayaan. Pranata sosial adalah lembaga sosial yang merupakan perbuatan, cita- cita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan yang mempunyai sikap kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pengertian ini juga sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (1980), dimana lembaga sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam kehidupan manusia
2.      Fungsi Pranata Sosial
Pranata sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
a.       Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
b.      Menjaga keutuhan masyarakat
c.       Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian social (social control).  Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Fungsi-fungsinya di atas menyatakan bahwa betapa pentingnya keberadaan pranata sosial bagi masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, apabila Anda hendak mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu, maka harus pula diperhatikan secara teliti lembagalembaga kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan.
3.      Jenis-Jenis Pranata Sosial dan Contohnya
Beragamnya aktivitas manusia dalam hidup bermasyarakat membawa konsekuensi terhadap beragamnya bentuk dan jenis pranatanya sosial yang mengaturnya. Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto, 1984), pranata sosial dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu:
a.       Crescive institutions dan enacted institutions. merupakan klasifikasi pranata social berdasarkan  perkembangannya. Crescive institutions disebut juga pranata sosial primer, merupakan lembaga yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contohnya: hak milik, perkawinan, agama, dan seterusnya. Sedangkan enacted institutions adalah pranata sosial yang dengan segaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. Misalnya: lembaga utang piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.
b.       Basic institutions dan subsidiary institutions. Pranata sosial tipe ini merupakan pengklasifikasian berdasarkan nilai-nilai yang diterima masyarakat. Lahirnya pranata sosial ini (Basic institutions) karena dipandang sebagai lembaga sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia, keluarga, sekolah-sekolah, negara dan lain sebagainya dianggap sebagai basic institutions yang pokok. Sebaliknya subsidiary institutins dipandang relatif kurang penting dan lahir sebagai pranata sosial untuk melengkapi aktivitas kebutuhan pokok. Misalnya: Kegiatan-kegiatan untuk rekreasi.
c.        Approved atau social sanctioned institutions dan unsanctioned institutions. Kedua tipe pranata sosial ini merupakan pengkalsifikasian berdasarkan penerimaan masyarakat terhadap pranata sosial. Approved atau social sanctioned institutions adalah lembaga-lembaga sosial yang diterima masyarakat, seperti: sekolah, perusahaan dagang, dan lain-lain. Sebaliknya unsanctioned institutions adalah lembaga sosial yang ditolak keberadaannya oleh masyarakat, walau kadang-kadang masyarakat itu sendiri tiap berhasil memberantasnya. Misalnya, kelompok penjahat, perampok, pemeras, pencoleng, dan lain-lain.
d.       General institutions dan restricted institutions Kedua pranata sosial ini merupakan hasil pengklasifikasian berdasarkan  pada penyebarannya. Misalnya: pranata agama adalah suatu general institutions, karena hampir dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Sedangkan pranata agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lainnya, merupakan restricted instiutions karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia. Misalnya, agama Islam banyak dianut oleh masyarakat di negara Arab Saudi, Indonesia, dan Malaysia, sedangkan di Eropa mayoritas pemeluk agama Kristen.
e.       Operative institutions dan regulative institutions. Pranata sosial ini merupakan pengklasifikasian berdasarkan fungsinya bagi masyarakat. Operative institutions adalah pranata sosial yang berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti: lembaga industri. Sedangkan regulative institutions adalah pranata sosial yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri. Contoh: kejaksaan dan pengadilan. Klasifikasi lembaga-lembaga sosial tersebut menunjukkan bahwa di dalam setiap masyarakat akan dijumpai bermacam-macam lembaga sosial.
B.     Peradaban
1.      Pengertian Peradaban
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat".  
Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya. Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adalah istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas" atau "biadab" budaya, konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk "budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu."
Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa".  Masyarakat yang mempraktikkan pertanian secara intensif; memiliki pembagian kerja; dan kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk kota-kota. "Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global).Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.
C.    Manusia
1.      Hakikat Manusia
Menurut Charles Darwin, manusia berasal dari kera hasil perkembangan evolusioner selama jutaan tahun. Namun, setelah di uji secara ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia sangat berbeda dengan monyet, baik dari segi fisiologis, anatomis, maupun biologis. Dengan kata lain, manusia adalah manusia, monyet adalah monyet, manusia lain sama sekali dengan monyet. Teori evolusi Charles Darwin tidak dapat diterima.
Rohiman Notowidagdo (1996:17) menyatakan bahwa Alquranlah yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Semenjak 14 (empat belas) abad yang lalu, dalam Alquran telah dijelaskan bahwa manusia bukan keturunan kera, melainkan manusia (Adam) diciptakan Allah dari tanah. Allah menciptakan manusia terdiri dari materi dan roh, melalui tahapan-tahapan, dari turub menjadi tanah, kemudian menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk dan kemudian menjadi tanah kering seperti tembikar, dan setelah disempurnakan bentuknya, Allah meniupkan roh (ciptaan-Nya), maka terjadilah Adam. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dan dirasa, wujudnya konkret, tetapi tidak abadi.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain. Akal (ratio, ciptaan) berfungsi sebagai alat berpikir dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology). Dengan akal manusia menilai fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam 2 (dua) keadaan yang bertolak belakang ini manusia berada pada posisi sentral, artinya manusialah yang mempertimbangkan, menilai, dan berkehendak menciptakan kebenaran, kebaikan, kegunaan, serta lingkungan sehat, atau sebaliknya menciptakan kesalahan, keburukan, dan kerugian serta pencermaran lingkungan.
2.      Daya Indera dan Daya Rasa
Sebagai makhluk sempurna ciptaan Tuhan, manusia dibekali dengan daya indera dan daya rasa. Daya indera diperoleh melalui pancaindera yang terdiri dari:
a.       Mata untuk melihat
b.      Telinga untuk mendengar
c.       Lidah untuh mengecap (taste)
d.      Hidung untuk mencium bau, dan
e.       Kulit untuk merasa (sentuhan)
Pancaindera tersebut menghubungkan diri manusia dengan lingkungan sekitarnya atau dunia. Dengan pancaindera manusia menikmati keindahan, kesenangan, dan kebahagiaan. Sedangkan perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia. Perasaan rohani ada 6 (enam) macam, yaitu:
a.       Perasaan intelektual (pengetahuan)
b.      Perasaan estetis (keindahan)
c.       Perasaan etis (kebaikan)
d.      Perasaan diri (harga diri)
e.       Perasaan sosial (kelompok, korp atau hidup bermasyarakat)
f.       Perasaan religious (agama atau kepercayaan)
3.      Teori Eksistensialisme
Menurut Soren Kierkegaard, teori eksistensialisme memandang manusia itu secara konkret seperti yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi manusia dalam konteks kehidupan konkret adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah, dan tunduk pada hokum alamiah pula.
Kierkegaard menyatakan bahwa hidup manusia mempunyai 3 (tiga) taraf, yaitu estetis, etis, dan relegius. Pada taraf kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia lingkungan sekitarnya sebagai dunia yang mengangumkan dan mengungkapkannya kembali dalam karya lukisan, tarian, dan nyayian yang indah. Pada taraf kehidupan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjwabkan. Pada taraf kehidupan relegius, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan sang pencipta.
Manusia menurut teori eksistensialisme dari Soren Kierkegaard adalah makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja keras dan mencipta.
D.    Kebutuhan Manusia
Kebutuhan manusia pada dasarnya meliputi 3 (tiga) jenis kebutuhan berikut ini:
1.      Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan material yang berguna bagi pengembangan raga, kelangsungan hidup, dan untuk bertahap hidup. Kebutuhan jasmani atau fisik terdiri dari 4 (empat) jenis:
a.       Pangan, yaitu makanan dan minuman untuk mengatasi rasa lapar dan haus.
b.      Sandang, yaitu pakaian yang mnutupi badan untuk mengatasi rasa dingin dan panas serta gigitan binatang.
c.       Rumah, yaitu tempat tinggal dan berlindung bagi keluarga selama hidupnya.
d.      Olahraga, yaitu kegitan untuk memelihara kesehatan badan.
2.      Kebutuhan Rohani
Kebutuhan rohani adalah kebutuhan immaterial yang berguna bagi pengembangan jiwa, intelektual, kesenian, dan ketakwaan kepada Tuhan. Kebutuhan rohani disebut juga kebutuhan kejiwaan (psychological needs). Kebutuhan ini terdiri dari:
a.       Pendidikan dan perlatihan
b.      Hiburan
c.       Kesenian
d.      Keagamaan
3.      Kebutuhan Biologis
Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang berguna bagi pengembangan keluarga dan kelangsungan generasi.
4.      Pemenuhan Kebutuhan
Kebutuhan manusia hanya dapat dipenuhi dalam jumlah terbatas. Kalau tidak dibatasi atau berlebihan, berarti akan merusak kelestarian dan keserasian alam lingkungannya yang justru dapat menimbuklan malapetaka bagi menusia sendiri. Dalam kondisi begini perilaku etis dan estetis manusia berubah menjadi perilaku amolal dan jahat yang tidak manusiawi, bertentangan dengan hakikat manusia.
E.     Perubahan Sosial
1.      Teori perubahan social
a.       Teori Evolusioner
Semua teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh masyarakat. Semua masyarakat itu melalui urutan pertahapan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju ketahap perkembangan terakhir. Disamping itu, teori-teori evolusiner menyatakan bahwa manakala tahap terakhir telah dicapai, maka saat itu perubahan evolusioner pun berakhir.
Auguste Conte (1798-1857), seorang sarjana perancis yang kadangkala disebut sebagai pendiri sosiologi, melihat adanya tiga tahap perkembangan yang dilakukan oleh masyarakat :
1.      tahap teologis (Theological stage), yakni tahap dimana masyarakat yang percaya dan merasa dikelilingi kekuatan-kekuatan gaib adikodrati (supernatural);
2.      tahap metafisik (methaphysical stage) , yakni tahap peralihan dimana kepercayaan terhadap unsur kodrati digeser oleh prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya; dan
3.      tahap positif atau tahap ilmiah (positive or scientific stage), dimana masyarakat diarahkan oleh kenyataan empirik yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
a.       Teori Siklus
Para penganut teori siklus melihat adanya sejumlah tahap yang harus dilalui oleh masyarakat, dan mereka berpandangan bahwa peralihan masayarakat bukan terakhir pada tahap “terakhir” yang seumpurna melainkan berputar kembali kepada tahap awal untuk peralihan selanjutnya.
Oswald spengler, seorang ahli filsafat jerman berpandangan bahwa setiap peradaban besar mengalami proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses perputaran memakan waktu sekitar seribu tahun.
b.      Teori Fungsional dan Teori Konflik
Teori fungsional penerimaan perubahan sebagai suatu yang konstan dan tidak memerlukan ‘penjelasan’.Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan kedalam kebudayaan. Perubahan yang ternyata bermanfaat (fungsional) akan diterima sedangkan perubahan lain yang terbukti tidak berguna (disfungsional) akan ditolak.
Teori konflik mengikuti pola perubahan evolusioner marx. Teori konflik menilai bahwa yang konstan adalah konflik sosial bukan perubahan.Perubahan hanyalah akibat dari adanya konflik tersebut.karena konflik berlangsung terus menerus, maka perubahan pun demikian adanya. Perubahan menciptakan kelompok baru dan kelas sosial baru.Konflik antar kelompok dan antar kelas sosial melahirkan perubahan berikutnya. Setiap perubahan tertentu menunjukan keberhasilan kelompok atau kelas sosial pemenang dalam melaksanakan kehendaknya terhadap kelompok lain.
b.      Proses Perubahan Sosial
William F. Ogburn merupakan ilmuan pertama yang melakukan penelitian terinci tentang perubahan sosial.Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial seperti adanya penemuan, invensi, dan difusi. Penemuan ini merupakan persepsi manusia yang dianut secara bersama, mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan baru akan menjadi faktor sosial jika sudah didaya gunakan. Invesi sering disebut sebagai kombinasi baru atau cara pengetahuan yang sudah ada.
Pada tahun 1895 George selden mengkombinasikan mesin gas cair, tangki gas cair, gigi persteling, kopeling, tangaki kemudi (stir), dan badan kereta, kemudian mematenkan mesin aneh tersebut sebagai mobil. Tidak satupun dari semua benda tersebut yang baru diciptakan. Satu-satunya yang baru adalah pengguanaan segenap alat itu dengan cara menggabung-gabungkannya. Hak paten selden mendapat kecaman dan pada akhirnya hak patennya dicabut kembali oleh badan pengadilan dengan alasan bahwa ide pengkombinasian alat-alat tersebut bukanlah ide asli selden.
Invensi dapat dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu invensi material (misalnya busur dan anak panah, telepon dan pesawat terbang) dan invensi sosial (misalnya abjad, pemerintahan konstitusional dan perusahaan).
F.     Fenomena Sosial Budaya
Fenomena sosial budaya saling terkait satu dengan yang lain, keduanya dapat dibedakan, tetapi tidak terpisahkan. Struktur sosial masyarakat dan kebudayaan adalah suatu konteks, suatu lingkungan dan segala sesuatu yang berada di dalamnya dapat dimengerti.Masyarakat dengan kebudayaannya menjelaskan citra orang tentang ciri-ciri kepribadian yang diinginkan dan diupayakan realisasinya.
Masyarakat Indonesia sangat heterogen secara sosiokultural, tingkat perkembangan mereka, dan respon mereka terhadap berbagai fenomena kehidupan internal dan eksternal.Setiap orang pada dasarnya adalah suatu kesatuan bio-psiko-sosio-kultural.Kesatuan bio-psiko-kultural hanya dapat berkembang di dalam konteks sosio-kultural. Salah satu cara memperoleh informasi konteks-sosio-kultural adalah mempelajari hasil-hasil kajian sosioantropologi umumnya dan sosioantropologi pendidikan khususnya.
Seperti telah umum diketahui, masyarakat dipelajari oleh berbagai disiplin ilmu: sosiologi, sejarah, ekonomi, demografi, antropologi, ilmu politik, dan psikologi sosial. Masing-masing mempelajari masyarakat dengan tujuan dan sudut pandang yang berbeda sehingga suatu disiplin ilmu sosial tak akan mampu mengungkap semua realitas masyarakat, apalagi mengklaim hasil kajiannya mewakili upaya menjelaskan dan memahami masyarakat.
Dimensi demografik melihat fenomena sosial terdiri atas pengelompokan orang menurut pola kelahiran, kematian, migrasi dan lain-lain yang berpengaruh terhadap fenomena sosial yang ada. Dimensi psikologik memberikan bahan bagaimana memahami fenomena sosial dengan memperhatikan makna pribadi yang terlibat, misalnya yang berkaitan dengan berpikir, motivasi, reaksi emosional, kecakapan sosial, sikap sosial dan jati diri. Dimesi kolektif akan membantu memahami perilaku di dalam kelompok di masyarakat. Misalnya kerjasama, persaingan dan bahkan konflik antar kelompok. 
Dimensi hubungan sosial seperti terdapat di dalam kajian, tentang peranan sosial merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam kajian sosiologik, misalnya berkembangnya struktur sosial di dalam suatu birokrasi atau organisasi.Yang terakhir adalah Dimensi kultural.  Ahli sosiologi dapat mengkaji masyarakat secara utuh meliputi hal-hal yang berkaitan dengan aturan dan sistem nilai yang mengatur perilaku individu berhubungan dengan individu ataupun kelompok lain. Konsentrasi penggunaan dimensi tertentu dipilih berdasarkan relevansinya dengan kajian sosiologi yang dikerjakan.
G.    Masyarakat Dan Kebudayaan
Pada kelompok masyarakat terjadi interaksi social dalam memenuhi tuntutan kehidupan, mulai dari kebutuhan yang paling mendasar seperti makan-minum, dorongan biologis, keamanan  terhadap tantangan alam (cuaca, binatang buas, bencana, dll) sampai pada kebutuhan  aktualisasi diri serta kebutuhan yang lebih tinggi tingkat derajatnya. Dalam menjalin situasi yang demikian, baik melalui proses alamiah dari tuntunan tersebut maupun atas dasar kesepakatan, tumbuhlah nilai, norma, kelaziman, dan aturan-aturan lain yang menjamin berlangsungnya interaksi social di lingkunagn yang bersangkutan.
Pada masyarakat sederhana  bagaimanapun, interaksi social, tuntutan kebutuhan, tantangan alam, dan tantangan kehidupan pada umumnya selalu melekat pada diri masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan karya,cipta, rasa dan karsa selalu terjadi.  Dengan kata lain, pada masyarakat tersebut berkembang kebudayaan yang menjadi ciri dan jati diri nya.
Sejarah mencatat bahwa masyarakat manusia mengalami tahap-tahap kehidupan mulai dari masyarakat ekonomi peramu sederhana (simple food gathering economics), ke masyarakat ekonomi peramu lebih maju (advance food gathering economics), berikutnya masyarakat ekonomi  pertanian sederhana (simple agriculture economics), selanjutnya masyarakat ekonomi pertanian lebih maju (advance agriculture economics), dan akhirnya masyarakat ekonomi industry (industrial economics. Perkembangan tersebut terkait dengan perkembangan upaya manusianya memanfaatkan akal mereka (budaya)dalam memenuhi tuntutan kebutuhan dan tantangan alam lingkungan yang menyediakan sumber daya serta yang menjadi ruang hidup pada umumya.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Banyak para ahli sosiologi yang memberikan pengertian tentang pranta sosial atau lembaga sosial. Di antarnya adalah Robert Melver dan C.H. Page (Soekanto, 1984), mengartikan pranata sosial adalah lembaga sosial sebagai proedur atau tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.
Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Leopold Von Wiese dan Becker (Soekanto; 1984), lembaga sosial adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu serta pola-polanya sesuai dengan minat dan kepentingan individu dan kelompoknya.
Menurut Charles Darwin, manusia berasal dari kera hasil perkembangan evolusioner selama jutaan tahun. Namun, setelah di uji secara ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia sangat berbeda dengan monyet, baik dari segi fisiologis, anatomis, maupun biologis. Dengan kata lain, manusia adalah manusia, monyet adalah monyet, manusia lain sama sekali dengan monyet. Teori evolusi Charles Darwin tidak dapat diterima.
B.     Saran
Berdasarkan pembahasan diatas kami mengharapkan saran-saran dari  pembaca yang bisa membangun dan membuat makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Kami sadar bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna dan belum sepenuhnya ideal







DAFTAR PUSTAKA
Sulistyono,T.2001. Sosioantropologi Pendidikan. Yogyakarta: FIP UNY 
Suyata Drs. MSc., Ph.D. 2000. Sosio-Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: FSP FIP UNY.
Nursid Sumaatmadja DR. 1998. Manusia dalam Konteks sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Bandung: Alfabeta.
Muhammad, Abdulkadir. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Citra Aditya Bakti
Id. Wikipedia. Org / Wiki Peradaban  Indonetedu. Blogspot.Com

 

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah ilmiah dasar. Penulis sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen  pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin.



Makassar, 10 April  2015


Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................           i
DAFTAR ISI.................................................................................................          ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................          1
A.    Latar Belakang.........................................................................................          1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................          2
C.     Tujuan......................................................................................................          2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................          3
A.    Kebudayaan Pranata Sosial.....................................................................          3
B.     Peradaban................................................................................................          5
C.     Manusia ...................................................................................................          6
D.    Kebutuhan Manusia.................................................................................          8
E.     Perubahan Sosial......................................................................................          9
F.      Fenomena Sosial Budaya.........................................................................        11
G.    Masyarakat Dan Kebudayaan .................................................................        13
BAB III PENUTUP......................................................................................        14
A.    Kesimpulan..............................................................................................        14
B.     Saran........................................................................................................        14
DAFTAR PUSTAKA